Selamat Datang!

Silahkan menelusuri konten di blog saya,dan semoga Anda dapat memperoleh manfaat di dalamnya!

Selasa, 28 Juni 2011

Tahukah Anda bahwa Sebagian Besar Penis Pria di Dunia Belum Disunat ?

Menurut laporan dari WHO (World Health Organization) dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), hanya 30% pria berusia 15tahun ke atas yang alat kelaminnya sudah disunat. Mereka yang disunat adalah pria Muslim dan Yahudi. Pria-pria ini mewakili 70% pria di dunia yang sudah disunat.

Sedangkan di Amerika Serikat, memiliki proporsi tertinggi untuk pria yang disunat karena alasan non religius. 75% pria non Yahudi dan nonMuslim di Amerika sudah disunat. Sementara di Kanada, hanya 30% yang sudah disunat dan di Inggris ada 20% serta Australia hanya 6%.

WHO dan UNAIDS belum lama ini merekomendasikan agar seluruh pria melakukan sunat. Rekomendasi tersebut karena telah ditemukan buktibawah pria yang penisnya disunat lebih rendah risikonya terinfeksi HIV.

Sumber: http://m.wolipop.com

Rabu, 22 Juni 2011

Lebah Bisa Berhitung Sampai 3

Tahukah anda, ternyata lebah bisa menghitung sampai hitungan ketiga. Para ilmuwan menemukan bahwa lebah bisa mengenali pola berdasarkan perhitungan yang sering kita lakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Shaowu Zhang dari Australian National University di Canberra, Australia, menemukan bahwa lebah dapat mengenali tiga bulatan biru. Lalu, saat diberikan warna lain yaitu kuning mereka juga dapat mengenalinya. Dan, untuk hewan sekecil lebah, itu merupakan hal besar.
Lebah, ternyata hewan yang cukup pintar. Mereka dapat mengetahui
persamaan dan perbedaan benda-benda disekelilingnya. Selain itu, lebah dapat mengetahui jalan yang mereka lalui saat mencari makanan di antara bunga-bunga.
“Saya telah mempelajari lebah sejak tahun 1980, dan menemukan hasil yang mengejutkan, ternyata lebah adalah binatang pintar,” kata Shaowu Zhang.
Cara menghitung lebah tentu berbeda dengan cara menghitung kita. Lebah hanya dapat mengenali tiga buah benda yang sama. Dan saat diberi benda yang sama lebih dari tiga, lebah sudah tidak bisa mengenalinya. Jadi, lebah hanya bisa mengenali tiga benda yang sama.VIVANEWS

Selasa, 21 Juni 2011

Terdaftar di Google Search Engine

Assalamu'alaikum!
Pagi hari ini Selasa tanggal 21 Juni 2011,blog pribadi saya telah tampil di Google Search Engine. Saya sedang belajar,dan kini belajar Search Engine Optimization (SEO). Saya belajar membuat dan mengelola blog ini secara otodidak. Dan saya sangat berterimakasih jika ada orang yang bersedia membantu saya. Tentu saja,saya mengharap kembali pada Alloh SWT agar blog ini dapat berguna bagi saya khususnya dan bagi semua orang pada umumnya.

Minggu, 19 Juni 2011

Nahdlatul Ulama


Sejarah Nahdlatul Ulama (NU)
Keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon Kebangkitan Nasional tersebut  dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Paham Keagamaan
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.


Sikap Kemasyarakatan
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke Khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Basis Pendukung
Jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.


Dinamika
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
  1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
  2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
  3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
  4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
  5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
  6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
  7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.



Tujuan Organisasi
Tujuan Organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Usaha Organisasi
  1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
  2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.
  3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
  4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
  5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.


Struktur
  1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
  2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
  3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota)
  4. Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan)
  5. Pengurus Ranting (tingkat Desa/Kelurahan)
Untuk tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
  1. Mustasyar (Penasehat)
  2. Syuriah (Pimpinan Tertinggi)
  3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk tingkat Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
  1. Syuriaah (Pimpinan tertinggi)
  2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)


Jaringan
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) meliputi:
  • 31 Pengurus Wilayah
  • 339 Pengurus Cabang
  • 12 Pengurus Cabang Istimewa
  • 2.630 Majelis Wakil Cabang
  • 37.125 Pengurus Ranting

 Sumber http://www.nu.or.id/

Sabtu, 18 Juni 2011

Cara Bergaul Yang Baik dan Meninggalkan Kebiasaan Pendiam

Hal ini pernah saya tanyakan di forum 'Yahoo Answers' juga,kira-kira begini bunyi pertanyaan saya:
"Bagaimanacara merubah kebiasaan pendiam menjadi tidak pendiam?
Cara bergaul yang baik dan menghilangkan kebiasaan pendiam."
Dan inilah jawaban terbaik yang saya dapatkan :
1. Cari teman suka omong, pasti lama2 akan terbiasa dan mulai berubah. Tapi, cari teman jangan yang suka omong hal2 negatif kayak gosip. Tapi hal2 positif, misalnya untuk pelajar ya.... tentang pelajaran.Jadi selain dapat merubah diri kita juga menambah pengalaman alias pengetahuan.
2. Ikut kegiatan olah raga beregu.
3. Ikut kegiatan organisasi
4. Pelajari apa keunggulan anda, dan pelajari kesenangan membicarakan apa teman anda.
ajaklah teman anda bicara mengenai apa yang disukai, akan terjadi pembicaraan, dan anda juga menyampaikan keunggulan
5. Ciptakan kemauan dalam diri sendiri untuk tidak pendiam
Dijawab oleh akun Y!A 'soeharsosh'.

Kenapa Warna Merah pada Pelangi Selalu Berada di Posisi Paling Atas?

Saya pernah bertanya di forum 'yahoo answers' yang bunyi pertanyaannya adalah seperti ini :
"Kenapa pelangi itu warna merahnya selalu berada paling atas?Minta penjelasannya scr ilmiah ya!"
Dan jawaban terbaik yang saya dapatkan adalah sebagai berikut :
Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya.Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras.
Karena panjang gelombang yang lebih besar, pada pelangi warna merah selalu berada di paling atas, atau sisi paling pinggir.
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Dijawab oleh akun Y!A dengan nama 'soeharsosh'.

Mengawali Sebuah Blog Pribadi

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh!
Hari ini, Sabtu 18 Juni 2011 pukul 12:19 WIB saya memulai sebuah blog baru milik pribadi. Harapan saya kedepan blog ini dapat berguna khususnya bagi saya sendiri dan akan sangat menyenangkan apabila blog ini dapat pula bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan!
Jangan lupa, saran dan kritik yang membangun saya nantikan ! :)