Selamat Datang!

Silahkan menelusuri konten di blog saya,dan semoga Anda dapat memperoleh manfaat di dalamnya!

Sabtu, 09 Juni 2012

SAINS: Tabel Periodik Unsur KimiaTambah 2 Elemen Baru


CALIFORNIA—International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) hari ini, Jumat (1/6) mengumumkan masuknya elemen 114 dan 116 ke dalam tabel periodik unsur kimia.

Ilmuwan dari Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL) dan Dubna (Rusia) menamakan elemen 114 sebagai Flerovium dengan simbol Fl, dan elemen 116 Livermorium dengan simbol Lv.

Nama Flerovium dipilih sebagai penghormatan pada Flerov Laboratory of Nuclear Reactions (FLNR) tempat sintesa elemen 114. Nama laboratorium itu diambil dari nama fisikawan Georgiy N. Flerov (1913-1990).

Adapun nama Livermorium dipilih untuk menghormati Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL) serta Kota Livermore California AS. Kota itu merupakan tempat domisili para ilmuwan yang telah memberi sumbangan besar pada perkembangan ilmu nuklir.

“Nama itu tak hanya untuk menghormati para ilmuwan yang telah bekerja keras, namun juga kerja sama dan kolaborasi yang luar biasa antara dua negara (AS dan Rusia),” ujar petinggi LLNL Physical and Life Sciences Directorate, Bill Goldstein melalui website resmi LLNL.

Ilmuwan LLNL selama ini banyak meneliti elemen berat sejak 1952 dan telah menemukan enam elemen yakni, 13,114,115,116,117 dan 118.(ali)

Sumber : http://www.solopos.com/2012/lifestyle/pojok-teknologi/sains-tabel-periodik-unsur-kimia-tambah-2-elemen-baru-190495#

Sabtu, 14 Januari 2012

NIRMANA TRIMATRA

Nimana trimatra atau seringkali disebut nirmana tiga dimensi biasanya dibuat sebagai aksen dalam tata ruang. Nirmana adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana dapat juga diartikan sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra yang harus mempunyai nilai keindahan. Nirmana disebut juga ilmu tatarupa.

Nirmana layaknya tutorial desain grafis yang utama, dalam kaitanya sebagai ilmu yang mempelajari core desain sebelum memasukkannya dalam software desain grafis atau caturan-aturan penting yang wajib dipakai dalam pembuatan setiap karya desain. Di dalam Nirmana, seseorang akan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan seni rupa dan desain pada level dasar seperti mempelajari garis, bidang, bentuk dan gempal ( dimensi dan tebal ). Pada nirmana tri matra biasa kita akan mempelajari bagaimana nirmana dibentuk sesuai dengan tata rupa yang pastinya mempunyai kaidah dan prinsip seni rupa. Nirmana trimatra mempunyai gempal atau ketebalan dan dimensi yang tidak dimiliki oleh nirmana trimatra.
Untuk mendapatkan nirmana tri matra biasanya dimulai dari pembuatan objek dasar seperti persegi, lingkaran, segitiga, segi lima, segi enam dan bentuk dasar lainnya. Bentuk dasar tersebut kemudian ditata dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah pola. Pola dan bentuk dari nirmana dwimatra biasanya disusun dengan cara memutar objek dua dimensi ( rotate ), memiringkan objek ( skew ), menduplikasi objek ( duplicate ), merubah ukuran ( transform ), membalik objek dwimatra ( mirror ), dan atau langkah kombinasi dari kesemuanya.
Terkadang untuk membuat nirmana trimatra, dimulai dari pembuatan objek dwimatra yang kemudian ditransformasikan ke dalam objek tiga dimensi. Di dalam software coreldaw kita sering menyebutnya di extrude. Oleh karena itu nirmana trimatra bisa disebut dengan nirmana tingkat atau generasi kedua. Perbedaan utama nirmana tri matra dan nirmana dwi matra adalaah pada bidang dan objeknya.
Contoh nirmana trimatra adalah sebagai berikut :







Gambar-gambar di atas diambil dari hasil karya siswa-siswi SMK Karya Media Tirtomoyo. Wanita yang ikut dalam gambar tersebut adalah gurunya (Bu Rini Budi Astuti, S.Sn.)

Lantas, sebenarnya apa yang membuat nirmana menjadi menarik. Mungkin sampai saat ini masih banyak pendapat mengenai hal ini. Seperti kompleksitas, harmoni, banyaknya bentuk, banyaknya warna, penipuan mata ( terkadang objek nirmana dwimatra membuat seakan-akan bergerak padahal tidak ). Tapi kesemuanya berujung pada bagaimana cara pandang kita atau cara pandang audience sendiri. Ini lebih menuju pada unsur seni dan estetika seni rupa atau estetika desain grafis.

Sabtu, 24 September 2011

Cara Pembuatan Tahu

berikut tips dan Cara Membuat Tahu
yang umum dilakukan :
1. Kedelai ditampi untuk dipilih biji yang
besar.
2. setelah itu Kedelai dicuci, lalu direndam
dalam air besar selama 6 jam.
3. kemudian Kedelai dicuci lagi selama 1/2
jam.
4. Kedelai dibagi-bagi dan diletakkan di
dalam ebleg, yang terbuat dari bambu atau
plastik.
5. Kedelai digiling sampai halus, dan butir
kedelai mengalir ke dalam tong
penampung.
6. Butir kedelai langsung direbus sampai
mendidih di dalam wajan berukuran besar.
7. Bubur kedelai lalu dipindahkan dari
wajan ke bak atau tong untuk disaring
dengan kain belacu atau kain mori kasar
yang telah diletakkan pada sangkar bambu.
Agar semua sari dalam bubur kedelai
tersaring semua, pada kain itu diletakkan
sebuah papan kayu dan seseorang naik di
atasnya dan menggoyang-goyangnya.
Limbah penyaringan, yang disebut ampas
tahu, diperas lagi dengan menyiram air
dingin, sampai tidak mengandung sari lagi.
Penyaringan dilakukan berkali-kali hingga
bubur kedelai habis.
8. Air saringan yang tertampung dalam
tong warna kuning atau putih dicampur
dengan asam cuka agar menggumpal.
Selain asam cuka, dapat juga ditambahkan
air kelapa, atau cairan whey (air sari tahu
bila tahu telah menggumpal) yang telah
dieramkan, atau bubuk batu tahu (sulfat
kapur).
9. Air asam dipisahkan dari gumpalan atau
jonjot putih dan disimpan, sebab masih
dapat digunakan lagi. Gumpalan atau
jonjot tahu yang mulai mengendap
dituangkan dalam kotak berukuran
misalnya 50 x 60 cm2 dan dialasikain
belacu. Adonan tahu kotak dikempa
selama satu menit, sehingga air yang masih
tercampur dalam adonan tahu itu terperas
habis. Adonan tahu berbentuk kotak yang
sudah padat dipotong-potong, misalnya
dengan ukuran 6 x 4 cm2. Tahu pun siap
dijual.

Minggu, 07 Agustus 2011

GAMBAR MEGENGAN

Inilah beberapa gambar kegiatan menjelang Ramadhan 1432 H "Megengan" di Nglulur,Pundungan,Sidorejo,Tirtomoyo:












Minggu, 17 Juli 2011

Bulan Sya'ban Oleh H. Ahsan Ghozali



Ilustrasi


Oleh: H. Ahsan Ghozali


Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.


Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan kaum muslimin.


Pindah Qiblat


Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)


Diangkatnya Amal Manusia


Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).


Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban


Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).


Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari pada puasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).” Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.


Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.


Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.


Turun Ayat Sholawat Nabi


Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)


Sya’ban, Bulan Al Quran


Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.


Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.


Malam Nishfu Sya’ban


Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.


Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah: “Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).
Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.


1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.


Pro dan Kontra Seputar Nishfu Sya’ban


Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.” Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malam Nishfu Sya’ban.


Kebanyakan ulama yang tidak sepakat tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban itu karena mereka menganggap serangkaian ibadah pada malam tersebut itu adalah bid’ah, tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Sedangkan pengertian bid’ah secara umum menurut syara’ adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bid’ah itu adalah sesuatu yang tercela (bid’ah sayyi’ah madzmumah). Namun ungkapan bid’ah itu terkadang diartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafat yang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syar’i dikategorikan baik dan terpuji (hasanah mamduhah).


Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumiddin Bab Etika Makan mengatakan, “Tidak semua hal yang baru datang setelah Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam itu dilarang. Tetapi yang dilarang adalah memperbaharui sesuatu setelah Nabi (bid’ah) yang bertentangan dengan sunnah.” Bahkan menurut beliau, memperbaharui sesuatu setelah Rasulullah (bid’ah) itu terkadang wajib dalam kondisi tertentu yang memang telah berubah latar belakangnya.”


Imam Al Hafidh Ibn Hajjar berkata dalam Fathul Barri, “Sesungguhnya bid’ah itu jika dianggap baik menurut syara’ maka ia adalah bid’ah terpuji (mustahsanah), namun bila oleh syara’ dikategorikan tercela maka ia adalah bid’ah yang tercela (mustaqbahah). Bahkan menurut beliau dan juga menurut Imam Qarafi dan Imam Izzuddin ibn Abdis Salam bahwa bid’ah itu bisa bercabang menjadi lima hukum.


Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah."


Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.


Tuntunan Nabi di Malam Nisyfi Sya’ban


Rasulullah telah memerintahkan untuk memperhatikan malam Nisyfu Sya’ban, dan bobot berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina Ali Rodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’” (HR. Ibnu Majah)

Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban sekalipun adalah saat yang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan, “Doa adalah senjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR. Hakim). Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam juga mengatakan, “Seorang muslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan Barraz).


Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdoa, bersedekah dan beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya.


Adapun kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yaitu membaca Surah Yasin tiga kali, dengan berbagai tujuan, yang pertama dengan tujuan memperoleh umur panjang dan diberi pertolongan dapat selalu taat kepada Allah. Kedua, bertujuan mendapat perlindungan dari mara bahaya dan memperoleh keluasaan rikzi. Dan ketiga, memperoleh khusnul khatimah (mati dalam keadaan iman), itu juga tidak ada yang melarang, meskipun ada beberapa kelompok yang memandang hal ini sebagai langkah yang salah dan batil.


Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat, setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin.


(Disarikan dari “Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).


* Staf pengajar PP. Langitan Widang Tuban. Alumni Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Makkah

Selasa, 05 Juli 2011

Selamat Jalan KH. Zainuddin MZ.

Innalillilahi wainna ilaihi rojiun. Dai sejuta umat KH. Zainuddin MZ. meninggal dunia diRS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Semoga segala amal ibadahnya diterima Alloh SWT. Diterima di tempat yg terbaik disisi-Nya .Kita yg ditinggalkan ikut mendo'akan nya,selamat jalan Pak Kyai!

Sabtu, 02 Juli 2011

Warna Matahari berubah-ubah


Matahari pada pagi hari nampak jelas bundarnya dan berwarna kemerah-merahan/jingga dan bisa menyehatkan karena mengandung pro vitamin D. Lalu, pada siang hari kita sulit atau tidak bisa melihatnya dan warnanya putih menyilaukan mata. Lain lagi kala sore hari, warnanya berubah kekuning-kuningan dan bila melihatnya terasa pening di kepala (bisa menyebabkan sakit mata).Namun tahukah anda kenapa warna matahari sepanjang hari berubah semenjak terbit di pagi hari hingga terbenam di sore hari? Untuk mengetahuinya, berikut jawaban yang diberikan oleh Prof. Yohanes Surya.

Sebelum menjawab, mari kita lakukan percobaan sederhana. Percobaan pertama, sorotkan cahaya lampu baterai pada kertas secara tegak lurus. Yang kedua, sorotkan cahayanya tapi dengan posisi miring. Akan terlihat bahwa pada percobaan pertama cahaya tampak lebih terang. Penyebabnya, pada percobaan pertama cahaya terfokus pada daerah yang lebih kecil dibandingkan pada percobaan kedua.
Demikian juga Matahari. Pada siang hari cahaya Matahari tepat di kepala kita. Cahayanya mengenai daerah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang ditimpa oleh cahaya yang datang miring pada pagi hari. Akibatnya, pada siang hari cahaya Matahari tampak lebih menyilaukan.
Warna merah pada pagi hari dan kuning keperakan pada sore hari disebabkan proses hamburan cahaya oleh partikel-partikel di atmosfer kita. Di Bulan, yang tidak ada atmosfernya, Matahari tidak terlihat merah atau kuning.

http://www.yohanessurya.com/